The Hand of God has Turned the Tide!

Ester 6:10-14

Tuhan itu Mahakuasa. Terlalu mudah bagi-Nya untuk membalikkan rencana manusia. Apa yang diinginkan dan direncanakan untuk diri sendiri dapat diberikan kepada orang lain–bahkan orang yang tidak “layak”. Sebaliknya, rancangan jahat yang ditujukan kepada orang lain dapat dibalikkan sehingga menimpa sang pembuat rancangan itu sendiri. Dan Tuhan bisa melakukannya dengan waktu sangat singkat–sampai-sampai sulit dipercaya; seperti mimpi rasanya. “The hand of God has turned the tide!” (Maz. 18:16 – MSG).

Bisa dibayangkan betapa shock-nya Haman ketika raja bertitah agar melakukan apa yang diusulkannya sendiri untuk Mordekhai! Ia yang begitu yakin bahwa dirinyalah yang dimaksud raja untuk dimuliakan, ternyata justru harus memberikan kemuliaan itu kepada orang lain. Tidak hanya kepada orang lain, tetapi kepada orang yang dibencinya, orang yang pagi itu akan diusulkannya kepada raja untuk digantung!

Perintah raja tidak bisa ditawar atau ditafsirkan berbeda, sebab sangat spesifik menyebut nama Mordekhai, menyebut kebangsaan Yahudi, dan menyebut posisinya di pintu gerbang istana. Hanya satu orang di seluruh Persia yang memenuhi kriteria itu! Perlakuan kepadanya juga tidak bisa ditawar atau dikurangi, sebab titah raja: “Sepatah katapun janganlah kaulalaikan dari pada segala yang kaukatakan itu” (ayat 10).

Dengan perasaan yang sangat kaget, marah, dan terhina, Haman pergi melaksanakan perintah raja–dan dia harus tetap menampakkan wajah ceria, sebab tidak boleh ada wajah sedih di hadapan raja! Ia mengambil pakaian raja dan mengenakannya pada Mordekhai, ia mengambil kuda tunggangan raja, dan menaikkan Mordekhai ke atasnya, lalu ia mengarak Mordekhai melalui lapangan kota sambil ia sendiri berjalan di depannya sambil berseru-seru: “Beginilah dilakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya!” (ayat 11).

Tidak dicatat bagaimana respons Mordekhai. Pasti juga kaget dan penuh tanda tanya. Akan tetapi, kemungkinan juga mulai timbul harapan akan penyelamatan bagi bangsanya, sebab kehormatan yang diberikan raja itu bisa menjadi indikasi atau peneguhan bahwa situasi sedang berbalik arah; apalagi ketika Haman sendiri yang “direndahkan” untuk melayani dirinya.

Setelah selesai arak-arakan itu, Mordekhai kembali melanjutkan tugasnya di pintu gerbang istana. Tetapi–ini menunjukkan kontras–Haman tergesa-gesa meninggalkan istana dengan berselubung (mengerudungi) kepalanya (ayat 12) agar tidak terlihat orang lain karena malu, marah, terhina, dan sedih. Sampai di rumah, ia menceritakan peristiwa yang menimpanya kepada istri dan para sahabatnya–yang sedang menunggu Haman untuk menggantung Mordekhai!

Alih-alih melihat event penggantungan Mordekhai di dekat rumah Haman (Est. 7:9), istri dan para sahabat Haman justru mendengar peristiwa memalukan yang dialaminya. Komentar mereka juga sama sekali tidak menolong Haman, karena mereka menafsirkan peristiwa itu sebagai tanda bahwa Haman mulai jatuh dan akan kalah melawan Mordekhai (ayat 13). Ini makin menambah pukulan bagi Haman.

Dan belum lagi ia membahas peristiwa itu–mungkin juga mendiskusikan strategi apa yang harus diambil untuk bisa mengubah keadaan, datanglah sida-sida raja, lalu bersegera mengantar Haman datang ke perjamuan yang disiapkan oleh ratu Ester (ayat 14). Benar-benar Haman tidak bisa bernafas dan tak berdaya melawan! Hari yang dimulai dengan semangat (karena akan menggantung Mordekhai) berbalik menjadi hari yang menyesakkan–bertubi-tubi dan susul-menyusul menekan Haman.

Haman benar-benar dalam kondisi mental yang sangat rendah, kalut, dan tidak bisa berpikir. Ia hanya bisa mengalir mengikuti arus peristiwa yang membawanya. Mungkin ia sempat berpikir, semoga setelah ini situasi jadi membaik baginya, karena ia akan menghadiri jamuan makan kehormatan dari ratu Ester. Ia tidak tahu, ada satu kejutan lagi yang telah disiapkan di hadapannya.

Asaf menulis mazmur tentang nasib orang fasik: “Sesungguhnya di tempat-tempat licin Kautaruh mereka, Kaujatuhkan mereka sehingga hancur. Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh karena kedahsyatan! Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina.” (Maz. 73:18-20).

Penerapan:
Menyerahkan hidup saya dan keluarga ke dalam perlindungan Tuhan. Sebab saya tidak tahu apakah ada malapetaka atau rancangan jahat orang yang sedang mengancam kami. Tuhan tempat perlindungan, Dialah yang meluputkan kami dari marabahaya dan membalikkan rancangan jahat kepada si pembuatnya.

Views: 29

This entry was posted in Ester, Perjanjian Lama, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *