Rut 1:6-18
Perhitungan nalar, pemikiran logis, alasan yang paling masuk akal dan paling baik secara manusiawi menjadi pegangan manusia pada umumnya. tetapi, bagi orang beriman, ada pertimbangan yang lebih tinggi daripada itu: pengenalan dan persekutuan dengan TUHAN. Yang membedakan orang biasa dan orang percaya adalah: iman–“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” (Ibr. 11:1).
Mendengar bahwa TUHAN telah memperhatikan umat-Nya dan memberi makan kepada mereka–dan prospek hidup di Moab begitu suram, Naomi memutuskan untuk pulang ke tanah tanah Yehuda (ayat 6-7). Kedua menantunya, Orpa dan Rut mengikuti Naomi berjalan pulang, di tengah perjalanan Naomi meminta agar kedua menantunya untuk kembali ke Moab (ayat 7-8).
Naomi meminta mereka pulang ke tengah bangsanya supaya mereka bisa melanjutkan kehidupan mereka–karena mereka masih muda. Supaya mereka bisa terpelihara hidupnyam dan supaya mereka dapat menikah lagi sehingga hidup mereka terlindungi (ayat 8-10). Mereka menolak dan menangis dengan suara keras. Mengapa? Agaknya mereka selama 10 tahun menjadi keluarga Naomi, kedua perempuan ini bahagia, ada ikatan batin/emosional yang kuat terbangun.
Tetapi, Naomi mengajak mereka berpikir logis: bahwa tidak ada harapan apa-apa yang ada di masa depan bersama Naomi. Naomi tidak punya suami, tidak punya warisan tanah, dan tidak mungkin untuk menikah lagi supaya melahirkan anak laki-laki untuk menikahi mereka. Hidup Naomi sangat pahit sebab Naomi meyakini tangan TUHAN teracung terhadapnya. Semuanya mustahil secara akal sehat. Maka keputusan yang paling masuk akal bagi para menatunya adalah: kembali ke Moab, ke pada keluarganya, dan menikah lagi, move on menuju hidup yang baru (ayat 11-13).
Orpa memahami logika Naomi, dan memutuskan untuk pulang Moab. Orpa bukannya tidak loyal kepada Naomi, ia tidak berkhiatan dan meninggalkan Naomi ketika kondisinya memburuk. Bukankah Naomi sendiri yang menyuruhnya pulang? Bukankah setelah suaminya meninggal, ikatan keluarga itu sah untuk diputuskan? Secara hukum, secara kemanusiaan, secara logika, keputusan Orpa tidak bisa disalahkan. Itu keputusan yang paling rasional dan terbaik secara manusiawi.
Tetapi Rut–yang sama-sama menerima informasi dan mendengarkan argumen logis dari Naomi–tetap berpaut (dabaq: to cling, join with, stay with, melekat erat) pada Naomi (ayat 14). Mengapa? Ada ikatan yang lebih kuat yang dimiliki oleh Rut–bukan sekedar ikatan batin/emosi karena kasih semata, tetapi: “bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku” (ayat 16). Alasan Rut melampaui perhitungan logis manusia, karena ia trelah mengenal TUHAN, Allah-nya Naomi, dan mengenal Israel, bangsa-nya Naomi yang adalah bangsa pilihan TUHAN. Rut memilih tinggal karena ia tidak mau keluar dari pesekutuan dengan TUHAN dan umat TUHAN.
Di dalam penyimpangan yang dilakukan Elimelekh untuk pergi dari Tanah Perjanjian, di tengah malapetaka tragis yang dialami oleh keluarganya, TUHAN memakai “kesalahan” dan “kemalangan” itu untuk memenangkan satu jiwa, jiwa Rut. Karena melalui keluarga Elimelekh, Rut mengenal TUHAN, Allah Israel, satu-satunya Allah yang benar. Melalui keluarga ini Rut terbuka matanya bahwa allah orang Moab (salah satunya Kamos, dewa kejijikan–Ula. 21:20; 1 Raj. 11:7) yang selama ini disembahnya adalah illah palsu, bukan allah sejati.
Iman Rut kepada TUHAN yang membuat dia tetap mengikuti Naomi, sekalipun masa depannya tidak jelas bahkan gelap, sekalipun ia tidak tahu apa yang akan terjadi atas hidupnya nanti, sekalipun secara manusia tidak ada alasan atau dasar apapun yang masuk akal untuk tetap bertahan. Satu-satunya alasan adalah: Rut tidak mau kehilangan relasinya dengan TUHAN dan dengan umat TUHAN–“bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku” (ayat 16).
Penerapan:
Meminta kepada Tuhan iman yang kokoh, supaya alasan utama saya mengambil keputusan atau bertindak apapun itu adalah Tuhan, dan tidak semata-mata hasil analisis dan pertimbangan manusia. Karena di tempat yang Tuhan inginkanlah saya akan paling aman dan terjamin.
Views: 14