Ketika Situasi yang Buruk Terjadi

FiIipi 1:12-19

Apa yang terjadi di dalam jemaat ketika pemimpin mereka ditangkap dan dipenjara? Ketika Paulus ditangkap dan dipenjara di Roma, maka jemaat pasti mempunyai berbagai respons: kesedihan, kekuatiran akan nasib Paulus dan masa depan jemaat sendiri, menjadi lemah (discourage), dan berbagai respons yang lain. Pada bagian ini Paulus menguatkan jemaat agar tetap berrespons positif menanggapi pemenjaraannya.

Paulus memberitahu jemaat Filipi bahwa: pemenjaraannya justru membuat kemajuan dalam pemberitaan Injil: (1) semua penjaga istana dan orang-orang lain jadi tahu bahwa Paulus dipenjara karena Kristus–bukan karena ia melakukan kejahatan; (2) sebagian besar orang percaya menjadi makin berani dan tanpa rasa takut untuk memberitakan Injil (ayat 12-15).

Paulus mengakui bahwa mereka yang memberitakan Injil itu motifnya bermacam-macam: kelompok pertama adalah yang motifnya baik, karena kasih kepada Paulus, sehingga terdorong melakukan pembelaan untuk Paulus dengan cara menjelaskan Injil–melurusakan pikiran/anggapan orang yang keliru karena mereka tidak mengenal Injil (ayat 17).

Kelompok kedua dimotivasi oleh iri hati dan rasa persaingan kepada Paulus. Mereka punya ambisi pribadi dengan maksud menimbulkan kekacauan/kontroversi di antara orang banyak–mumpung Paulus sedang dipenjara. Kemungkinan tujuannya adalah untuk merebut pengaruh orang-orang yang selama ini mengikuti/respek kepada Paulus dan beralih untuk mengikuti mereka (ayat 16).

Bagi Paulus sendiri: tidak penting apakah orang melakukan dengan motifasi yang tidak tulus–yang paling penting adalah: Injil diberitakan (ayat 18). Ini menunjukkan keyakinan Paulus bahwa Injil adalah “kekuatan Allah yang menyelamatkan(Roma 1:16)–apapun motifasi orang, ketika Injil diberitakan dan orang percaya, maka Allah sendiri yang akan bekerja di dalam diri orang percaya itu untuk mengerti kebenaran.

Alasan kedua mengapa Paulus tidak terganggu dengan hal itu adalah: ia yakin bahwa di dalam semua situasi itu Allah memiliki tujuan yang baik untuknya, yaitu keselamatannya. Nasib Paulus tidak ditentukan oleh manusia–yang mendukung atau yang menentangnya–tetapi oleh Tuhan. Karena itu ia dikuatkan oleh doa jemaat Filipi (ayat 19).

Penerapan:
Memegang prinsip bahwa: nasib orang percaya dan jemaat Tuhan itu tidak ditentukan oleh situasi atau manusia atau penguasa–tetapi Tuhanlah yang menguasai dan memgendalikan semuanya.
Sehingga ketika ada dalam situasi yang tidak menguntungkan, tetapi bersandar dan berharap kepada Tuhan, supaya bisa bersikap tekun, tidak goyah, dan tetap taat.

Views: 3

This entry was posted in Filipi, Perjanjian Baru, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *