Markus 14:66-72
Krisis diijinkan terjadi untuk memaksa watak asli seseorang itu keluar. Bahkan watak yang tidak disadari oleh orang itu sendiri. Petrus selama ini mengikut Yesus dan terlihat kokoh–bahkan namanya diubah oleh Yesus dari Simon menjadi Petrus yang berarti batu karang/batu gunung. Petrus sendiri merasa dirinya kuat, lebih kuat daripada orang lain, sehingga ia menyatakan sekalipun semua orang meninggalkan Yesus, ia akan tetap mengiringi sekalipun sampai menyerahkan nyawanya.
Malam itu, Petrus dicelikkan matanya akan siapa dirinya yang sebenarnya: seorang yang lemah dan penakut. Ketika Yesus memintanya untuk menemani berjaga dan berdoa, ia malah tidur–tidak sanggup untuk mendisiplin tubuhnya agar tetap terjaga dan berdoa (ayat 27-38). Ketika orang-orang menangkap Yesus, ia melarikan diri meninggalkan Yesus karena takut ikut ditangkap (ayat 50). Setelah lari, ia kembali diam-diam mengikuti Yesus dari jauh–dan ikut duduk di pelataran kediaman Imam Besar. Tidak diketahui apa motivasinya berada di sana: Rasa ingin tahu apa yang akan terjadi? Ingin menebus pelariannya? Kasih kepada Ysus sehingga ingin berada di mana Yesus berada?
Apapun yang mendorong Petrus, kehadirannya di tempat itu adalah baian dari kedaulatan Tuhan yang mengatur segala peristiwa. Karena Yesus telah menubuatkan apa yang akan terjadi: Petrus akan menyangkali Dia tiga kali sebelum ayam berkokok dua kali (ayat 30). Nubuatan yang sangat spesifik karena menyebut secara berapa kali sesuatu akan terjadi. Yesus sudah tahu bahwa Iblis sudah menuntut untuk mencobai Petrus, dan Yesus sudah mendoakan agar sekalipun Petrus jatuh dalam pencobaan itu, imannya tidak gugur (Lukas 22:31-32). Doa Yesus inilah yang menopang iman Petrus.
Malam itu, Petrus dituduh oleh seorang pelayan perempuan bahwa ia adalah pengikut Yesus. Petrus menyangkal dengan cara pura-pura tidak paham dengan tuduhan itu (ayat 67-68). Petrus pindah tempat ke serambi muka–dipikirnya ia bisa menghindar; tetapi hamba perempuan itu kembali melihat dia dan mengatakan kepada orang-orang lain bahwa Petrus adalah salah satu pengikut Yesus (ayat 70). Kondisi makin memburuk–sekarang beberapa orang lain mulai menaruh perhatian; kembali Petrus menyangkalnya.
Tak lama kemudian orang-orang (sekarang bukan hanya satu orang) mengatakan bahwa mereka yakin–memakai frasa: “Engkau ini pasti …” (ayat 70)–bahwa Petrus adalah pengikut Yesus, terbukti dari logat bicaranya yang menunjukkan asal timpat tinggalnya di Galelia–dan Yesus sangat banyak melakukan pelayanan di Galelia. Kondisinya benar-benar menjepit dan mendesak Petrus. Dalam keadaan terjepit, Petrus mulai mengutuk dan bersumpah bahwa ia tidak mengenal Yesus (ayat 71). Petrus mengatakan bahwa ia sungguh-sungguh tidak mengenal Yesus, dan apabila dia berbohong, biarlah ia mengalami kutuk/hukuman sebagai konsekuansi kebohongannya!
Pada waktu itulah ayam berkokok untuk yang kedua kalinya. Dalam catatan Lukas: “Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus.” (Lukas 22:61). Yesus, yang sedang menghadapi tuduhan dan pengadilan Sanhedrin, tahu bahwa Petrus mengikuti-Nya, dan mengikuti/memperhatikan apa yang dilakukan Petrus, sehingga pada waktunya Ia berpaling memandang (emblepo: to look, to obeserve fixedly/absolutely)–bukan hanya menengok seklias, tetapi berpaling dan memandang tajam kepada Petrus!
Mendengar bunyi kokok ayam dan melihat pandangan tajam Yesus kepadanya, Petrus teringat kepada apa yang sudah dinyatakan Yesus tentang pengkhianatannya. Itu membuat Petrus menyesali perbuatannya: “And when he thought thereon…” (ayat 72 – KJV), menggunakan kata “epiballo” (to cast oneself upon, to rush oneself upon, to fall oneself upon)–Petrus ditimpa dengan semua tuduhan, rasa bersalah, penyesalan, rasa malu, rasa gagal pada saat itu; sehingga ia pergi keluar dan menangis dengan penuh ratapan (Lukas 22:62).
Beberapa waktu kemudian, setelah Yesus bangkit dari kematian; Ia mengobati Petrus secara pribadi untuk memulihkan dia. Di tepi pantai, Yesus secara khusus bertanya kepada Patrus apakah Petrus mengasihi Dia lebih dari pada murid-murid yang lain–tiga kali Yesus menanyakannya; seolah-olah menyangsikan kasih Petrus, dan untuk mengimbangi penyangkalannya yang tiga kali itu. Tidak hanya mengkonfirmasi kasih Petrus kepada-Nya, Yesus juga tiga kali memberikan panggilan kepada Patrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya (Yohanes 21:15-17).
Penerapan:
(1) Penyesalan yang sejati tidak bisa dibuat-buat. Tuhan yang membuat seseorang tercelik matanya dan terbuka pikiran dan hatinya akan dosa/kejatuhan yang telah dilakukan! Tanpa jamahan Tuhan, orang tidak akan sampai kepada penyesalan yang mendatangkan pertobatan.
(2) Penyesalan akan dosa barulah satu tahap, tahap berikutnya adalah pemulihan. Dan kembali, hanya Tuhan yang bisa memulihkan seseorang dari kejatuhannya, dikembalikan kepada hidup untuk memenuhi pangilan Tuhan.
Views: 11