Markus 14:43-52
Pada waktu Yesus masih berbicara kepada murid-murid-Nya, muncullah Yudas di Getsemani dengan diiringi serombongan orang yang membawa pedang dan pentung–mereka adalah suruhan Sahedrin. Yudas sudah berkoordinasi dengan rombongannya, untuk menangkap Siapa yang akan diberi salam dengan ciuman. Markus mencatat beberapa hal yang detil; bahkan beberapa penafsir menyimpulkan bahwa ia sempat ada di dalam peristiwa itu.
Yudas segera maju mendapatkan Yesus dan berkata “Rabi” lalu mencium Dia. Dalam catatan Matius 26:49, Yudas berkata: “Salam, Rabi”, lalu mencium-Nya. Ciuman adalah simpol ekspresi kasih sayang yang spesial di antara anggota keluarga, sahabat dekat, atau ungkapan kasih dan penghormatan seorang murid kepada gurunya. Sedangkan Yudas menggunakan simbol persahabatan itu sebagai tanda pengkhianatan, untuk memberi kode kepada orang yang akan menangkap Yesus. Sehingga Yesus menegornya: “Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?” (Lukas 22:48). Tindakan yang melambangkan kasih atau hormat atau dukungan belum tentu tulus–bisa jadi justru kebalikannya. Jadi, jangan mudah tertipu dengan ekspresi lahiriah orang lain kepadamu.
Ketika orang-orang itu maju untuk menangkap Yesus, salah satu murid, yaitu Petrus (Yohanes 18:10) menghunus pedang dan menyerang hamba Imam Besar–agaknya ia ingin menebas kepala orang itu, tetapi karena tidak terlatih, gelap, dan gugup/bingung karena baru bangun tidur, yang kena hanyalah telinga kanannya sampai putus. Usaha “pembelaan” yang sia-sia, bukan saja tidak efektif, tetapi karena memang tidak dikehendaki oleh Yesus dan Allah Bapa (Matius 26:52-5; Lukas 22:51; Yohanes 18:11). Lalu semua murid meninggalkan Dia dan melarikan diri–supaya tidak ditangkap bersama sengan Yesus.
Sebuah catatan kecil yang hanya ada di Injil Markus: Ketika Yesus ditangkap dan dibawa pergi, ada seorang muda yang mengikuti rombongan Yesus dan penangkapnya hanya denan memakai sehelai kain lenan (semacam pakaian tidur/dalam), dan tidak mengenakan baju/jubah sebagaimana dipakai oleh orang ketika keluar rumah. Para penangkap Yesus akan menangkapnya juga–mungkin sudah merengut kain lenan yang dipakainya, tetapi orang muda itu melepas kainnya sehingga lolos, dan melarikan diri dengan telanjang! (ayat 51-52).
Dari semua pelaku yang terlibat dalam peristiwa penangkapan Yesus, di tengah semua kegaduhan dan chaos yang terjadi. Hanya Yesus sendiri yang menunjukkan keteguhan dan ketenangan. Ia tidak terkejut dengan kedatangan Yudas dan rombongannya, . Ia tidak terkejut ketika semua murid-murid melarikan diri dalam ketakutan dan meninggal-Nya sendirian. Bahkan, ketika ada di antara penangkapnya itu terluka oleh pedang Petrus (ia bernama Malkhus, seorang hamba Imam Besar–Yohanes 18:10), Yesus mengulurkan tangan-Nya untuk menjamah dan menyembuhkan telinga itu (Lukas 22:51).
Ia tahu bahwa semua harus terjadi sesuai rencana Bapa-Nya, sehingga Ia tidak melakukan perlawanan, justru menegor Petrus yang mencoba melawan. Orang tidak akan bisa menangkap Yesus, kalau Ia tidak memilih untuk menyerahkan Diri. Yohanes mencatat bahwa Yudas dan rombongannya tersungkur ketika berhadapan dengan wibawa Yesus (Yohanes 18:6). Matius mencatat bahwa kalau mau, Yesus bisa meminta Bapa-Nya mengirimkan pasukan malaikat untuk menyelamatkan-Nya, tetapi itu berarti rencana Allah tidak terlaksana (Matius 26:53-54).
Yesus mengerti apa kehendak dan rencana Bapa-Nya. Yesus telah bergumul dengan kegentaran-Nya, dan telah keluar sebagai pemenang karena Ia memilih untuk tetap mentaati kehendak Bapa-Nya, ketimbang kehendak-Nya untuk dilepaskan. Yesus bisa ditangkap dan dibunuh, karena Ia menyerahkan Diri-Nya untuk ditangkap dan dibunuh. Tidak ada yang akan bisa menangkap Dia, kalau Yesus berniat untuk melawan. Yesus melepaskan semua kuasa dan kesanggupan untuk melawan, tetapi mengosongkan diri dan menyerahkan diri kepada kehendak Bapa-Nya.
Views: 5