Menjaga Kekudusan Hidup

Imamat 11:24-47

Binatang-binatang tertentu bukan hanya dinyatakan haram/jijik untuk dikonsumsi, tetapi bahkan bisa menajiskan umat Tuhan ketika menyentuh atau terkena bangkainya. Siapa yang menyentuh/terkena bangkai binatang-binatang itu harus membersihkan diri dengan air, dan menjadi najis sampai petang hari. Ketika seseorang dalam kondisi najis, ia tidak boleh ambil bagian dalam ritual ibadah kepada Tuhan.

Tidak hanya manusia, barang/benda atau makanan yang terkena bangkai binatang-binatang itu akan menjadi najis. Ketika mengenai perkakas dari tanah, maka perkakas itu harus dipecahkan. Ketika mengenai benda-benda dari bahan lain, benda-benda itu harus dibersihkan dengan air dan menjadi najis sampai petang hari.

Tidak ada alasan mengapa binatang-binatang itu dinyatakan haram atau kejijikan. Tidak ada penjelasan mengenai kandungan zat yang berbahaya dan sabagainya. Penetapan haram/najis/kejijikan merupakan ketetapan berdasar otoritas Tuhan–Tuhan tidak punya kewajiban untuk menjelaskan alasanNya kepada umatNya.

Alasannya: sebab Tuhan, sang pemilik umatNya, adalah kudus, karena itu umatNya juga harus kudus. Tuhan yang membebaskan umat Israel dari Mesir dengan tujuan untuk menjadi Tuhan mereka. Tujuan Tuhan membebaskan umat Israel bukanlah semata-mata masalah kemerdekaan dari perbudakaan dan untuk hidup sejahtera–tujuannya adalah: supaya Tuhan menjadi Tuhan mereka, dan mereka menjadi umat kepunyaanNya.

Dalam Markus 7:18-23, Tuhan Yesus menjelaskan bahwa makanan tidak bisa menajiskan, sebab ketika dikonsumsi tidak akan masuk ke dalam hati. SUmber kenajisan adalah isi hati orang yang penuh kejahatan. Menjaga kekudusan hidup sebagai umat Tuhan bukan masalah makanan–tetapi masalah hati yang bebas dari segala macam kejahatan.

Views: 7

This entry was posted in Imamat, Perjanjian Lama, Refleksi. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *