Kisah Para Rasul 26:1-32
Kesaksian Paulus di hadapan Agripa. Cara bersaksi yang berbeda dibanding ketika berbicara di depan Festus. Di depan Festus, Paulus membela diri terkait dengan kasus hukumnya saja, di depan Agripa Paulus memberi kesaksian pribadi tentang pertobatannya dan memberitakan Injil. Kasus hukumnya di Yudea sudah selesai–ia naik banding kepada Kaisar. Sehingga Paulus tak lagi berbicara mengenai dakwaan atasnya, namun memakai kesempatan itu untuk memberitakan Injil dan menantang agar Agripa mau percaya.
Ada dua respons yang diberikan kepada kesaksian Paulus. Festus, menilai apa yang dibicarakan Paulus itu adalah kegilaan: “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa” (1 Kor 1:18). Bagi orang Yunani, berita keselamatan di dalam Yesus Kristus itu tidak masuk akal, tidak mungkin, ajaran yang ngawur dan mengada-ada–suatu kebodohan (foolish, silly, absurd). festus menolak Injil karena hal itu tidak dapat diterima dengan akal sehatnya.
Agripa, di sisi yang lain, tidak memandang Injil sebagai kebodohan, karena ia sendiri–sebagai orang Yahudi–memahami ajaran dan nubuat para nabi tentang Mesias. Tetapi, sekalipun berita Injil itu masuk akal baginya, Agripa tetap menolak untuk menerima. Mungkin karena gengsi, kok mudah sekali dipengaruhi kesaksian Paulus; atau tidak mau kegilangan muka di hadapan Festus. Atau Agripa tidak siap untuk mengubah keyakinannya. Apapun itu, Agripa memutuskan untuk menolak berita Injil.
“Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.” (1 Kor 1:22-24).
Views: 9