Yudas 1:22-23
Setelah memberi nasihat mengenai bagaimana mempertahankan iman bagi diri sendiri, Yudas mengajak jemaat untuk menerapkan prinsip yang sama bagi orang lain sesama: (1) berbelas kasihan kepada beberapa orang yang sedang ragu dalam iman; (2) menyelamatkan orang “dari dalam api”; (3) berbelas kasihan dengan penuh kegentaran dan kebencian kepada mereka yang sudah hidup dikuasai dosa/kedagingan.
Ada 3 kelompok yang harus ditolong karena mereka mengalami turbulensi iman. Pertama, orang percaya yang sedang meragukan iman mereka (ayat 22). Orang yang sedang dalam pergumulan iman, karena diterpa ajaran-ajaran sesat; mereka sedang mempertanyakan banyak hal dan meragukan keyakinan mereka selama ini.
Yudas mendorong jemaat untuk berbelas kasihan (be merciful, have compassion) kepada mereka–tidak menghakimi, mengkritik keras, menyalahkan–sembari terus mendebat (refute, making a difference) untuk membantu mereka kembali kepada keyakinan kepada pengajaran yang benar. Melakukan persuasi dengan penuh welas asih kepada orang lain.
Kelompok kedua adalah mereka yang belum percaya (mereka yang sedang di dalam api)–ayat 23a, di mana kondisi mereka yang belum selamat itu akan semakin diperparah dengan munculnya pengajar-pengajar palsu di tengah jemaat. Yudas memerintahkan jemaat untuk menyelamatkan mereka–seperti tindakan merebut mereka dari tengah-tengah api yang menyala. Menggambarkan tindakan yang sangat mendesak, sangat urgen, harus dilakukan dengan segera dan tanpa ragu-ragu–demi menyelamatkan nyawa mereka.
Ketiga, kelompok yang sudah terlanjur tersesat dan terkontaminasi oleh kedagingan, sehingga hidup mereka seluruhnya diwarnai dengan kedagingan (ayat 23b). Yudas mengilustrasikan: bahkan sampai pakaian merekapun sudah rusak/busuk karena dosa/kedagingan. Kepada kelompok ini Yudas meminta jemaat agar tetap berbelas kasihan, tidak menghakimi–karena mereka juga manusia yang dikasihi Tuhan, dan di dalam anugerah Allah masih punya kesempatan untuk diselamatkan.
Tetapi Yudas mengingatkan jemaat agar ekstra hati-hati, agar ketika berrelasi dengan orang-orang ini, jemaat melakukannya dengan sikap gentar dan benci kepada dosa mereka–supaya jemaat tidak lengah, dan akhirnya malah justru terkontaminasi oleh kefasikan dan kedagingan mereka. Yudas tidak meminta jemaat untuk berusaha berbicara/mempersuasi kelompok ini, tetapi untuk bersikap welas asih dan gentar/benci akan dosa/kedagingan mereka.
Penerapan:
Membuat jarak yang tegas dan keras kepada orang-orang yang jelas-jelas hidup di dalam kedagingan. Tetap berbelas kasihan kepada mereka, tidak menghakimi atau mencela mereka, tetapi menjaga jarak dengan tegas karena takut dan benci kepada cara hidup mereka yang dikuasai dosa/kedagingan.
Views: 325