Ketika Para Penguasa itu Korup

Ester 3:7-15

Betapa menakutkan ketika penguasa tidak punya empati dan hati nurani kepada rakyatnya. Karena merasa berkuasa, ia kemudian bisa membuat peraturan yang berdampak kepada semua orang bukan dengan pertimbangan akal sehat, tetapi karena dorongan perasaan atau egonya sendiri. Ego, kepentingan diri sendiri, ditambah tidak adanya empati adalah obinasi yang menakutkan pada diri seorang penguasa–apalagi penguasa yang absolut. Rakyatnya akan selalu ada di bawah ancaman kehancuran.

Pada awal tahun ke-12 pemerintahan Ahasyweros, Haman membuang undi untuk memilih hari penumpasan orang Yahudi. Undian jatuh pada bulan ke-12, yaitu bulan Adar yang ditetapkan Haman untuk melakukan rencana jahatnya atas umat TUHAN. Maka Haman mulai mengerjakan rencananya (ayat 7).

Haman menghadap raja dan melaporkan bahwa ada bangsa–tidak menyebut bangsa Yahudi, tidak juga menyebut perkara khusus dengan Mordekhai–yang hidupnya tidak tunduk kepada hukum raja, sehingga mereka tidak patut untuk dibiarkan leluasa dalam pembangkangan mereka (ayat 8). Ini laporan setengah benar: memang betul ada satu orang Yahudi yang tidak mau mentaati satu perintah raja; tetapi dibesarkan oleh Haman menjadi satu bangsa yang menolak semua hukum raja.

Tindakan ini dengan sengaja ia menutupi masalah personal/pekerjaan, dan menggantinya dengan masalah yang dibesar-besarkan karena kemarahannya. Kemarahan atau dendam kepada satu orang menjadi meluas mengenai satu bangsa! Waspada dengan kepahitan, sakit hati, kemarahan, atau dendam: sebab emosi itu akan membesar-besarkan sesuatu. Membuat orang tidak berpikir obyektif, sehingga berpotensi mendatangkan kerusakan yang besar.

Setelah menyampaikan “fakta” pembangkangan sebuah bangsa, Haman lalu mengusulkan–dengan halus: “jikalau baik dalam pemandangan raja” (ayat 9)–agar dikeluarkan surat (tertulis resmi) untuk membinasakan bangsa itu. Kemudian Haman menambahkan bahwa ia akan menyerahkan 10.000 talenta perak (sekitar 430 milyar) untuk kas negara kalau raja bersedia membuat surat perintah itu. Dua keuntungan ditawarkan Haman: penumpasan pemberontak/pembangkang dan penambahan kas kerajaan.

Maka raja langsung melepas cincinnya dan memberikannya kepada Haman–cincin raja simbol kekuasaan dan dipakai sebagai meterai surat resmi raja, dan berkata bahwa: raja menyerahkan perak dan bangsa itu ke tangan Haman–untuk dipakai sesuka hati Haman (ayat 10-11). Raja begitu terpengaruh oleh Haman; biasanya raja akan memanggil para penasihat hukum kerajaan untuk memutuskan sesuatu (Est. 1:13-14; 2:2-3); tapi kali raja memutuskan langsung, karena termakan oleh “isu gawat” yang disampaikan Haman dan “kesetiaan” Haman yang ditunjukan dengan kesediaannya mengeluarkan uang pribadi begitu besar untuk kepentingan raja.

Hati-hati dengan orang yang pintar membujuk: dengan membuat cerita bahwa ada krisis atau isu besar yang harus segera ditangani karena membahayakan; dan orang yang menonjolkan kesetiaan atau pengorbanannya untuk “kepentingan umum”–ada kemungkinan orang itu menyembunyikan agenda pribadi yang bisa menimbulkan kerusakan besar. Tetaplah berhikmat, tetap mencari pimpinan dan nasehat, tetap gunakan pertimbangan matang untuk meresponsnya.

Pada tanggal 13 bulan itu (jadi ada waktu 12 hari sejak Haman membuang undi), Haman memerintahkan untuk membuat surat resmi kepada semua penguasa di seluruh kerajaan Persia (dari Etiopia sampai India) dengan bahasa masing-masing dengan diberi meterai raja: perintah membinasakan seluruh orang Yahudi (tua, muda, perempuan, anak-anak) dan merampas harta mereka pada tanggal 13 bulan ke 12. Waktunya 11 bulan sebelum hari-H pembinasaan umat TUHAN di seluruh penjuru negeri (ayat 12-14).

Hari itu juga semua pesuruh-pesuruh cepat pergi ke semua wilayah Persia membawa surat raja. “Sementara itu raja serta Haman duduk minum-minum, tetapi kota Susan menjadi gempar” (ayat 15). Pemimpin/penguasa yang jahat dan tidak punya hati nurani dan empati! Setelah mengambil keputusan untuk membinasakan jutaan manusia, mereka justru bersenang-senang–padahal terjadi kegemparan/kebingungan di luar tembok istana.

Betapa tepat permohonan Salomo di awal pemerintahannya; dan itu sebabnya TUHAN berkenan kepadanya: “Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?” (1 Raj. 3:9).

Penerapan:
(1) Menyerahkan ego saya dan emosi saya di bawah otoritas Tuhan, supaya bukan itu yang mengendalikan keputusan-keputusan saya sebagai seorag pemimpin atau manajer di mana saya ditempatkan.
(2) Tidak termakan omongan besar dan manis dari orang lain untuk mempengaruhi keputusan saya, tetapi memikirkan dengan logis, membicarakan dengan orang lain, dan yang terpenting memohon bimbingan Tuhan.
(3) Memohon agar Tuhan memberikan hikmat agar bisa memimpin dengan benar dan adil, sesuai prinsip kebenaran Tuhan.

Views: 17

This entry was posted in Ester, Perjanjian Lama, Saat Teduh. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *