Ester 2:12-20
Betapa pentingnya kesadaran akan kedaulatan, pemerintahan, dan anugerah Tuhan. Kalau Tuhan tidak menghendaki, maka tidak ada orang yang bisa mengusahakan. Prestai, pencapaian, terpilih menjadi sesuatu–itu semua berasal dari kehendak Tuhan untuk memberikan anugerah kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Kesadaran ini akan menghasilkan respons yang benar ketika menerima kemurahan Tuhan: ucapan syukur dan sukacita yang memberkati orang lain, serta sikap rendah hati dan penundukan diri ke bawah orotitas Tuhan.
Sebelum dihadapkan kepada raja, seorang anak gadis harus menjalani perawatan tubuh yang memakan waktu lama, yaitu 12 bulan–untuk pemakaian wangi-wangian. Setelah siap, satu orang dibawa ke dalam istana raja. Sebagai “upah” ia boleh meminta apapun juga–dan permintaan itu harus diberikan kepadanya. Gadis itu bermalam bersama raja, dan paginya ia dibawa ke balai perempuan untuk tinggal di sana bersama semua selir raja. Dan tidak akan pernah bertemu raja lagi kecuali raja memanggil dengan menyebut namanya (ayat 12-14).
Entah berapa ratus gadis yang mengalami proses ini: dirawat, mendapat hadiah, tidur semalam dengan raja, dan tidak pernah dipanggil lagi; ia harus tinggal di dalam istana–tentu dalam kesejahteraan dan kemewahannya–seumur hidupnya. Hanya menunggu kalau-kalau raja mengingat namanya dan berkenan memanggilnya. Setiap hari harus meraswat tubuh, sebab siapa tahu, hati itu raja berkenan memanggilnya. Tapi, di tengah ratusan selir yang ada–seberapa besar peluang seseorang akan diingat namanya oleh raja?
Ketika Ester mendapat giliran untuk menghadap raja, ada sesuatu yang unik: ia tidak meminta apapun kecuali yang dianjurkan oleh Hegai–sida-sida yang mengasuhnya. Hegai ini sudah melayanai raja cukup lama, sehingga mengenal watak raja, mengatahui apa yang akan menyukakan hati raja. Ester mau mendengar dan mengikuti arahan Hagai dan semua orang yang mendampinginya, sehingga ia “dapat menimbulkan kasih sayang pada semua orang yang melihat dia.” (ayat 15).
Ini anugerah yang diterima Ester, yang tidak diberikan kepada semua gadis yang lain. Namun, Ester juga berrespons dengan benar kepada anugerah itu: dengan bersikap terbuka belajar, mau mendengar, mau mentaati saran yang baik dari orang yang ahli dan berpengalaman. Sikap Ester menunjukkan penghargaan dan rasa syukur atas anugerha yang diterimanya. Anugerah itu tidak membuatnya congkak dan merasa istimewa, tetapi justru membuatnya merendahkan diri.
Ester dibawa masuk ke hadapan raja Ahasyweros pada bulan ke-10, pada tahun ke-7 pemerintahan raja. Sudah 4 tahun sejak insiden raja menurunkan ratu Wasti. Ester dikasihi baginda lebih dari pada semua perempuan lain, ia beroleh sayang dan kasih baginda lebih dari semua gadis yang lain. Sehingga baginda mengenakan mahkota kerajaan ke atas kepalanya dan mengangkat Ester menjadi ratu menggantikan Wasti (ayat 16-17).
Ini juga anugerah yang diterima Ester. Benar bahwa Ester cantik, tetapi semua anak gadis yang lain juga cantik. Benar bahwa Ester disayangi oleh sida-sida dan orang-orang di sekitarnya; tetapi belum tentu ia akan disayangi oleh raja. TUHAN yang menaruhkan rasa sayang dan perkenanan kepada Ester ke dalam hati raja Ahasyweros. Raja mungkin mengira ia yang menentukan pilihan; tetapi sesungguhnyalah TUHAN yang membuat keputusan bahwa Ester harus terpilih menjadi ratu di Persia. Selalu ingat: kalau kamu terpilih, maka itu bukan semata-mata karena dirimu, melainkan karena Tuhan menentapkan kamu yang terpilih.
Raja mengadakan perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya, yakni untuk merayakan pengangkatan Ester sebagai ratu. Selain perjamuman, raja mengumumkan hari libur nasional bagi daerah-daerah serta memberikan hadiah-hadiah sesuai kekayaan yang dimilikinya (ayat 18). Raja sangat gembira mendapatkan Ester, dan kegembiraan itu diekspresikan dengan memberikanbanyhak kemurahan kepada rakyatnya. Bentuk sukacita dan ucapan syukur atas anugerah yang diperoleh adalah: perayaan dan pemberian kepada orang lain.
Sementara itu, apa yang ada di luar istana berjalan seperti biasa. Mordekhai melanjutkan tugasnya sebagai pegawai istana. Ia dikatakan “duduk di pintu gerbang raja” (ayat 19); ungkapan ini memberi indikasi bahwa ia bekerja di sistem hukum/pengadilan kerajaan; sebab biasanya orang membawa perkara untuk diadili di gerbang raja. Ester tidak memberitahukan kebangsaannya, sebagaimana diperintahkan Mordekhai kepadanya (ayat 20). Kembali menunjukkan ketaatan Ester kepada saran dan bimbingan orang yang mengasuhnyal.
Tidak mengatakan asal-usul atau kebangsaan bukan sebuah dosa atau kejahatan. Karena tidak ada hukum yang dilanggar. Tidak ada keharusan untuk melakukan itu. Dan sepertinya juga Ester tidak pernah ditanya kebangsaannya. Ada informasi yang tidak perlu dibukakan semua kalau memang tidak wajib dan tidak perlu. “Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi. Lidah orang benar seperti perak pilihan, tetapi pikiran orang fasik sedikit nilainya.” (Ams. 10:19-20).
Penerapan:
(1) Bersyukur kepada Tuhan karena anugerah yang diberikan kepada saya: Hibah Dikti, Proyek Thorcon, Hibah RG, dan Proyek Bu Gardiana. Saya yakin kalau bukan kehendak Tuhan, kedua hal itu tidak akan diberikan kepada saya.
(2) Bersikap rendah hati: tidak pamer, tetapi mengerjakan anugerah itu dengan segenap hati, dengan serius.
Views: 15